Tersebutlah seorang mujahid bernama Farrukh r.a. membawa harta rampasan hasil kemenangannya bersama kaum muslimin dari suatu peperangan. Dengan harta tersebut, ia membangun rumah dekat masjid dan menikah.
Ketika istrinya sedang mengandung, datanglah panggilan jihad kepadanya agar bergabung dengan ekspedisi kaum muslimin menuju Khurasan untuk berperang di masa pemerintahan Bani Umayyah. Sebelum berangkat, ia menitipkan uang sejumlah 30.000 dinar kepada sang istri.
Tahun demi tahun berlalu. la tidak pernah mendengar kabar tentang suaminya sehingga tersiarlah kabar bahwa sang suami tercinta telah gugur sebagai syuhada di medan perang. Anak yang terlahir dari rahimnya pun telah beranjak dewasa. Anak lelaki itu bernama Rabi'ah.
Kini, sang ibu bertanggung jawab atas anaknya. la ingat peninggalan harta suaminya berjumlah 30.000 dinar yang disimpannya. la pun menggunakan harta itu untuk pendidikan sang buah hati.
Ketika Rabi'ah r.a. mencapai usia balig, sang ibu memanggil dua orang guru dan dua orang pelatih untuk mendidik anaknya dengan baik. Tidak memerlukan waktu lama sehingga Rabi'ah r.a. mampu menguasai baca tulis, menghafal Al-Qur'an, menelaah hadis-hadis Rasulullah saw., dan mengkaji masalah-masalah agama.
Sang anak tumbuh dalam ketaatan kepada Allah SWT dan menghabiskan waktunya untuk mereguk ilmu sebanyak-banyaknya. Sementara itu, sang ibu terus-menerus mengeluarkan biaya untuk kedua pengajar dan dua orang pelatih anaknya tersebut. la mendambakan anaknya tidak hanya menjadi penuntut ilmu, tetapi juga seorang ulama.
Rabi'ah r.a. sendiri tidak kenal lelah dalam menuntut ilmu, hingga seorang gurunya menasihatinya untuk mengasihani dirinya sendiri. Namun, Rabi'ah r.a. menjawab, "Sesungguhnya ilmu tiada akan memberikan sebagiannya kepadamu sehingga engkau memberikan seluruh dirimu kepadanya."
Puluhan tahun berjalan, sang anak telah mencapai tingkatan ulama dan Farrukh r.a. sang mujahid kembali ke Medinah dengan menunggang kuda serta memegang tombakditangannya.
Sesampainyadirumah,iamembuka pintu rumah dengan tombaknya, tetapi Rabi'ah r.a. yang belum mengenal ayahnya segera membentaknya, "Hai musuh Allah! Engkau hendak membobol rumahku!"
"Tidak!" bantah Farrukh r.a., "hai musuh Allah! Jadi, kamu laki-laki asing yang berani mengganggu istriku?!"
Keduanya pun berkelahi dalam pergumulan yang hebat, kemudian dilerai oleh orang-orang di sekitarnya. Rabi'ah r.a. menggertak ke arah laki-laki yang masih asing menurutnya, "Demi Allah, aku tak akan melepaskanmu sebelum membawamu ke hadapan Sultan!"
Farrukh r.a. menimpali, "Aku takakan melepaskanmu juga dan kau tertangkap basah ada bersama istriku!"
Lalu, seseorang yang melerai mereka berkata kepada laki-laki mujahid itu, "Wahai Pak Tua, silakan Anda mencari rumah lainnya!"
Terang saja Farrukh r.a. tidak terima diperlakukan demikian. Bagaimana tidak, rumah itu dibelinya dari harta rampasan perang miliknya. Kemudian ia berseru, "Ini rumahku sendiri! Akulah Farrukh!"
Teriakan tersebut terdengar oleh sang istri dari dalam rumah. la pun bergegas keluar rumah dan menjelaskan persoalannya, "Orang ini adalah suamiku dan pemuda ini adalah putraku. Suamiku ini meninggalkanku dalam keadaan mengandung anaknya!"
Akhirnya, kedua laki-laki yang tadinya berseteru berpelukan melepas rindu selayaknya seorang ayah kepada anaknya, begitu pula sebaliknya sambil bercucuran air mata. Mereka pun masuk ke dalam rumah.
Kemudian Farrukh r.a. tenggelam dalam pembicaraan bersama istrinya tentang sebab musabab terputusnya berita selama ia berjihad. Namun, pikiran sang istri menerawang jauh memikirkan 30.000 dinar titipan sang suami.
Harta itu telah habis untuk keperluan pendidikan sang anak. la bingung mempertanggungjawabkannya kepada sang suami karena telah menggunakan hartanya tanpa seizinnya.
Benarlah, hal yang dikhawatirkan terjadi. Tiba-tiba Farrukh r.a. berkata, "Aku membawa 4.000 dinar. Ambillah uang yang kutitipkan kepadamu dahulu. Mari kita kumpulkan semua, lalu kita belikan kebun atau rumah."
Sang istri pura-pura tidak mendengar dan mencari kesibukan agar tidak perlu menjawab pertanyaan suaminya itu. Namun, Farrukh r.a. kembali menagih, "Ayo, lekaslah, mana uang itu?"
Ternyataazan berkumandangsehingga Ummu Rabi'ah r.a. terbebas sementara dari tuntutan sang suami yang menghendaki uangnya. la berkata kepada suaminya, "Ayo, berangkatlah untuk shalat di masjid Rasulullah (Masjid Nabawi)!"
Sang suami pun berangkat dan shalat berjemaah di sana. Seusai shalat, ia melihat sebuah halaqah (kumpulan majelis ilmu) yang dihadiri oleh tokoh-tokoh Medinah serta kerumunan para jemaah yang duduk mengitarinya. Farrukh r.a. pun tertarik untuk bergabung dan orang-orang memberi jalan untuknya sehingga ia bisa melihat syekh yang berada di tengah-tengah halaqah tersebut.
Namun, syekh itu menundukkan kepalanya sehingga Farrukh r.a. tidak bisa mengenalinya dengan jelas. Kemudian ia bertanya kepada orang di sebelahnya, "Siapakah syekh ini?"
"Apa Anda bukan warga Medinah?" tanya orang tersebut.
"Saya penduduk sini," jawab Farrukh r.a.
"Saya penduduk sini," jawab Farrukh r.a.
"Masihkah ada orang Medinah yang tidak mengenalnya?" kata orang itu heran.
"Maaf, saya benar-benar tidak tahu karena sejak puluhan tahun yang lalu saya meninggalkan kota ini. Baru tadi saya kembali," jelas Farrukh r.a.
"Oo, wajar kalau begitu. Syekh itu adalah seorang tokoh tabiin dan ulama terpandang. Dialah ahli hadisnya kota Medinah. Dia juga seorang ahli fiqih dan imam panutan kami," ujar orang tersebut.
"Masya Allah, la quwwata illa billah," kata Farrukh kagum.
"Maaf, saya benar-benar tidak tahu karena sejak puluhan tahun yang lalu saya meninggalkan kota ini. Baru tadi saya kembali," jelas Farrukh r.a.
"Oo, wajar kalau begitu. Syekh itu adalah seorang tokoh tabiin dan ulama terpandang. Dialah ahli hadisnya kota Medinah. Dia juga seorang ahli fiqih dan imam panutan kami," ujar orang tersebut.
"Masya Allah, la quwwata illa billah," kata Farrukh kagum.
"Dia juga terkenal sangat dermawan dan bijaksana. Di Medinah tidak ada orang yang lebih dermawan terhadap kawan dan kerabatnya daripada dia. Dia hanya mengharap apa yang di sisi Allah."
Farrukh r.a. menyela, "Anda belum menyebutkan namanya."
"Namanya adalah Rabi'ah Ar-Ra'yi," jawab orang itu.
la melanjutkan, "Nama aslinya Rabi'ah, tetapi para ulama dan pemuka Medinah biasa memanggilnya Rabi'ah Ar-Ra'yi. Karena setiap kali mereka menjumpai kesulitan atau merasa tidak jelas tentang suatu nash Al-Qur'an atau hadis, mereka bertanya kepadanya. Kemudian beliau berijtihad dalam masalah tersebut dengan menggunakan qiyas apabila tidak menemukan dalil yang jelas dalam Al-Qur'an dan Hadis, kemudian menyimpulkan hukum bagi mereka yang memerlukannya secara bijaksana."
"Dari nasab mana ia berasal?" tanya Farrukh r.a. kembali.
"Dia adalah Rabi'ah bin Abi Abdirrahman (Abi Abdirrahman adalah nama lain Farrukh-pen) yang berangkat jihad fl sabilillah puluhan tahun yang lalu. Kemudian ibunyalah yang memelihara dan mendidiknya. Tapi, sebelum shalat tadi, saya mendengar dari orang-orang bahwa ayahnya telah kembali."
"Dia adalah Rabi'ah bin Abi Abdirrahman (Abi Abdirrahman adalah nama lain Farrukh-pen) yang berangkat jihad fl sabilillah puluhan tahun yang lalu. Kemudian ibunyalah yang memelihara dan mendidiknya. Tapi, sebelum shalat tadi, saya mendengar dari orang-orang bahwa ayahnya telah kembali."
Berderailah air mata Farrukh r.a. di hadapan orang yang bercerita tersebut, kemudian ia segera pulang ke rumahnya. Melihat kondisi demikian, sang istri bertanya kepada suaminya, "Apa yang menimpamu, wahai Abu Rabi'ah?"
Farrukh r.a bercerita tentang derajat ilmu yang telah dicapai putranya. Kemudian hal ini pun dimanfaatkan oleh sang istri untuk membeberkan perihal 30.000 dinar titipan suaminya kepadanya,
"Manakah yang lebih kamu sukai, uang tiga puluh ribu dinar, ataukah ilmu dan kemuliaan yang dicapai oleh anakmu?"
Farrukh r.a. menjawab pasti, "Demi Allah, derajat itu lebih aku sukai dan lebih utama bagiku daripada seluruh harta kekayaan di dunia!"
Ummu Rabi'ah r.a. berkata, "Sungguh, seluruh harta yang engkau amanahkan kepada saya telah saya gunakan untuk biaya pendidikan putra kita. Apakah engkau rida dengan apa yang saya lakukan?"
"Saya sangat rida. Semoga Allah memberikan sebaik-baik balasan kepadamu, kepadaku, dan kepada kaum muslimin."
Dikisahkan juga bahwa ada lagi seorang ibunda yang memperjuangkan ilmu bagi anaknya, yaitu ibunda Sufyan Ats-Tsauri r.a. Untuk membiayai putranya menimba ilmu, ia membuat tenunan dan dijualnya seharga 10 dirham. Sufyan Ats-Tsauri r.a. memiliki daya ingat yang luar biasa. la hafal 300.000 hadis, tetapi hanya sepersepuluhnya yang diriwayatkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar