LQ AL-IKHLASH

LQ AL-IKHLASH

Senin, 11 Desember 2017

Senyum Yang Terenggut Dari Bumi Syam




Walaa tahsabannalladziina qutiluu fii sabilillahi amwaataaBal Ahyaa u ‘inda robbihim yurzaquun“Janganlah engkau mengira orang yang terbunuh dijalan Allah mereka itu mati.Tetapi mereka itu hidup disisi RobbNya dan diberi rezeki” 

(Suara hembusan angin...)



“Di suatu hari, di negeri yang jauh, bernama SURIAH.

Dalam suasana malam yang dingin, mencekam, gelap gulita, penuh dengan ketakutan. Setelah siang tadi orang-orang lari berhamburan menyelamatkan diri, berlindung dari serangan bom yang membabi buta. Kiriman bom dari Syiah La’natullah ‘alaihi yang membuat hampir seluruh rumah dan bangunan tempat berlindung, musnah seketika, hancur porak-poranda.

Siang tadi, Ummi Ahmad menjemput syahidah, tertimpa reruntuhan bangunan. Ahmad dan ayahnya berhasil selamat dan kini tinggal sementara di tenda pengungsian.

Ahmad, seorang anak kecil yang baru berusia 8 tahun. Masih kebingungan dengan kenyataan bahwa sang Ummi tiada lagi ada disampingnya”

Anak     : Abi.. ahmad mau sama ummi.. ahmad rindu ummi…
Ayah     : Maaf Ahmad, ummi sudah meninggal dan insyaallah syahid
Anak     : Jadi ahmad tidak bisa bertemu ummi selamanya?
Ayah     : Suatu hari nanti kita akan menyusulnya
Anak     : Abi, ahmad ingin menyusul ummi…
Ayah     : Baik, nak.. mari kita banyak-banyak beramal sholih supaya bisa menyusul ummi

 “Meski dalam pengungsian, dengan keadaaan yang serba apa adanya, anak-anak tetap bersemangat belajar. Mereka berkumpul di dalam sebuah masjid kecil, dipimpin oleh seorang Syaikh untuk kembali menghafal Al Qur’an. Mereka harus tetap dekat dengan Al-Qur’an, dalam kondisi apapun. Karena Al-Qur’an adalah segalanya bagi kaum muslimin.”

Ayah     : Jazakumullah khoir ya syaikh, sudah membantu anak-anak menghafalkan Al-Qur’an, barakallahu fiikum
Syaikh  : Wafiik barakallah.. Kita harus mendekatkan anak-anak dengan al-Qur’an, karena al-Quran lah yang akan menjadi benteng pertahanan kita dan akan menjadi jalan kemenangan kita dunia dan akherat
Ayah     : Benar, syaikh.. kami pamit dulu.. Assalamu’alaikum
Syaikh  : Wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh
(Anak2 bubar....)
Disebuah tenda, ayah dan Ahmad duduk berhadapan, saling murajaah Al Qur’an, sebelum mereka beranjak istirahat.


 (Pemain naik panggung dulu ...)
“Ayah Ahmad adalah seorang pejuang, juga kaum laki-laki yang lain. Apapun yang terjadi, mereka harus terus mempertahankan negeri ini dari serangan musuh dengan segala daya dan kekuatan. Sesungguhnya, tiada daya dan kekuatan kecuali atas izin Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia.

Mereka berencana berangkat ke garis depan, membuat sebuah rencana, sambil membentangkan peta dan menunjuk-nunjuk peta.

Ayah     : Jadi, kapan rencana ini akan kita laksanakan?
Teman  : InsyaAllah lusa, besok masih ada satu hari untuk bersiap-siap
Ayah     : Baik.. aku juga akan berpamitan dengan ahmad
Teman  : Semoga Allah menguatkan hati anakmu dan hati kaum muslimin seluruhnya
Ayah     : Amin.. walau dia masih kecil, dan rasa-rasanya terlalu berat baginya menanggung kesedihan ditinggal Umminya, semoga Allah memberi kita kemenangan yang nyata
Teman  : Amin…

 “Perjuangan ini menyisakan perpisahan sementara di dunia. Perpisahan yang terasa memilukan dirasakan oleh anak-anak Suriah. Tak hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi mereka harus siap kehilangan apapun, termasuk kehilangan nyawa sekalipun”
Percakapan ayah dan anak, yg kemudian sang ayah berpamitan utk  berangkat

Ayah     : Nak, izinkan ayah menyampaikan sesuatu
Anak     : Apa itu, Abi?
Ayah     : Besok Abi akan berangkat bersama mujahidin untuk berperang di garis depan
Anak     : (terdiam sebentar) Jadi, ayah mau pergi?
Ayah     : Iya, nak…
Anak     : Lalu aku dengan siapa abi? (mulai menangis)
Ayah     : (memeluk anak) Engkau sudah kutitipkan pada Allah, Nak... Mulai besok, sepulang dari mengaji, pergilah bersama Abu Aiman, teman ayah.. Kau tau kan?
Anak     : (menangis sesenggukan dalam pelukan)
Ayah     : Maafkan, Abi Nak.. semoga Allah mengumpulkan kita kembali di JannahNya….

 “Serangan terjadi kapan saja dan dimana saja, tanpa bisa diketahui kapan diluncurkan. Sungguh anak-anak yang melafalkan ayat suci itu hanya bisa memasrahkan semua kepada RobbNya.
Syaikh sedang menyimak hafalan anak-anak, ketika akhirnya sebuah ledakan terjadi di Masjid. Masjid pun runtuh!!”

Syaikh  : Allaahu Akbar!!! Berlarilah anak-anak.. segera berlindung ke arah utara!!
(suara anak-anak berteriak, bertakbir, Allahu Akbar!!!)
Syaikh  : Mana Ahmad? Dimana Ahmad?
Murid    : Ahmad sepertinya terkena reruntuhan dinding, Syaikh
(Ahmad tertindih bangunan)
Syaikh  : Ya Robb… Ya Robb… bertahanlah, Nak..
Ahmad  : Allah…. Allah...
Syaikh : (membopong Ahmad yang terluka ke tempat yang aman)
 “Sang ayah di garis depan, mendapat kabar tentang serangan yang terjadi di pengungsian. Masjid tempat dimana Ahmad dan teman-temannya mengaji terkena ledakam, dan Ahmad pun terluka parah.”
Teman  : Abu Ahmad! Abu Ahmad! Ada serangan dari syiah la’natullah dan terkena Masjid Al Khoir
Ayah     : Allahu Akbar! Itu tempat liqo syaikh Umar, dan Ahmad belajar disana!
Teman  : Mari kita kembali dan membantu mereka
Ayah     : Ya Allah, selamatkanlah mereka!! Laa haula wala quwwata illa billah…

 “Kondisi pengungsian yg porak poranda, dan sang ayah menemukan anaknya terluka tertimpa reruntuhan bangunan tergeletak di tenda medis, dalam keadaan yang memilukan. Badannya penuh luka. Ahmad hanya terdiam, entah apa yang dirasakan oleh bocah 8 tahun dengan luka sekujur badannya”
Ayah     : Ahmad.. Ahmad… ini Abi, nak… bertahanlah….
Anak     : Abi…  sakit Abi….(suara lemah)
Ayah     : iya, nak.. ini Abi datang untukmu.. bertahanlah..
Anak     : ahmad rindu ummi… ahmad ingin bertemu ummi…(suara lemah dan perlahan)
Ayah     : Ya Allah.. Ahmad.. tunggu Abi, nak.. Kau jangan pergi dulu…
Anak     : Laa ilaaha illallaah….. (menutup mata)
Ayah     : Ahmaaad… ahmaaaaad…. (menangis)
Ayah     : Innalillahi wa inna ilaihi rojiun….

Ahmad menghembuskan nafas terakhirnya dalam dekapan ayah tercinta. Ahmad menemui RobbNya dengan harapan mengobati kerinduan bertemu Ummi. Ahmad hanyalah satu dari sekian anak-anak Suriah. Dan masih banyak Ahmad-Ahmad yang lain. Ahmad adalah saudara kita. Masihkah kita tidak peduli?


Pemeran
Ayah Ahmad     : Ust Budi
Ahmad              : Ananda Dafie
Syaikh              : Ust Dzikri
Teman Ayah      : Ust Ridwan, Ust Abdur
Narasi               : Wildan
Teman Ahmad   : Azzam, Habibi, Fahri, Ahmad


Ini merupakan naskah drama dari Rangkaian Acara Wisuda LQ Al Ikhlash 2017

1 komentar:

  1. According to Stanford Medical, It's really the ONLY reason women in this country live 10 years more and weigh an average of 19 kilos less than us.

    (And realistically, it has NOTHING to do with genetics or some secret exercise and absolutely EVERYTHING related to "HOW" they are eating.)

    BTW, I said "HOW", and not "WHAT"...

    TAP this link to reveal if this brief test can help you release your true weight loss possibility

    BalasHapus