Anak-anak sudah mulai tumbuh. Badan mereka meninggi melampaui ayah dan ibunya. Dunia mereka bukan lagi dunia anak-anak. Kadang dunia mereka tak lagi bisa dijangkau orang tua.
Anak pertama, adalah anak 'uji coba'. Teorinya sudah saya baca di buku-buku. Benar-benar buku ya, bukan googling. saat itu belum musim dan saya belum punya perangkatnya. Setelah baca sana sini, dipraktekkan dengan anak pertama.
Dan anak terakhir, sudah mendapatkan pendidikan dan pelayanan berdasarkan pengalaman dari kakak-kakaknya. Walaupun setiap anak tetap akan memiliki warna cerita dan karakternya masing-masing.
Setiap anak itu unik. Semua sifat fisik maupun psikis orang tua tidak akan menurun 100% pada salah satu anak. Sebagian menurun pada anak satu, sebagian akan menurun pada anak yang lain. Campuran kromosom ayah ibu.
Dan saya mencoba mencari, anak mana yang mungkin akan menuruni beberapa sifat saya. Ketika saya menemukan ada sifat atau kebiasaan saya yang menurun pada salah satu anak, saya akan memuji nama Allah dalam hati. Ini benar-benar ayat Allah yang patut kita syukuri.
Beberapa waktu lalu, saya mencoba mencari, anak mana sih yang bakal punya kesukaan yang sama dengan saya, suka mengumpulkan quotes dan puitis. Iseng saya coba pada satu anak, ternyata dia saklek hehehe... Dan saya pesimis pada satu anak yang lain karena berdasarkan pengamatan saya.
Ternyata saya salah. Dibalik sifat yang ditunjukkan diluar sebagai casingnya, anak yang ini diam-diam dia mengumpulkan banyak quotes di bukunya. Di buku pelajarannya banyak sekali dicoret-coret aneka quotes yang menarik.
Ya Allah, ternyata dia puitis banget.. saya tidak menyangka. Saya ingat-ingat lagi beberapa percakapan dia dengan saya, ternyata dia pernah bilang kalo dia suka dengan buku yang judulnya NKCTHI, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Waktu itu baca di perpus sekolahnya. Buku itu berisi banyak sekali quotes yang bagus-bagus katanya. Saya sendiri belum tahu. Tapi di instagramnya sih isinya begitu.
Maka sebagai ibunya yang sama-sama penyuka quotes dan bersifat puitis, saya akan 'menggombali' dia dengan jurus puitis ini. Biarlah saya tetap jadi cinta pertamanya, sebelum kelak dia menemukan jodohnya. Nanti dia balas atau tidak, tidak masalah. Yang penting, saya yakin dia akan senang membaca apa yang saya tulis. Menyenangkan orang lain saja berpahala, apalagi menyenangkan anak sendiri. Dan untuk membuat senang itu tidak melulu soal materi.
Alhasil, saya masih kudu banyak-banyak belajar lagi menyelami dunia remaja anak-anak saya. Dan benar, kuncinya ada di komunikasi yang dibangun sejak dini. Jangan membangun tembok pemisah diantara orang tua dan anak. Bila mereka percaya, maka mudah membina dan meluruskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar